hipotesis

PENYUSUNAN HIPOTESIS
Bagaimana memecahkan suatu masalah, yang perlu diperhatikan adalah mencari sebab dari masalah tersebut. Untuk mencari sebab-sebab dari masalah tersebut, maka dilakukan penelitian. Agar penelitian dapat terarah, dirumuskan pendugaan terlebih dahulu terhadap penyebab terjadinya masalah tersebut. Pendugaan terhadap penyebab masalah tersebut disebut hipotesis. Hipotesis terdiri dari dua kata, yakni hipo (yang berarti keraguan), dan tesis (yang berarti kebenaran). Jadi hipotesis berarti kebenaran yang masih diragukan. Dalam pandangan Kerlinger, hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih; sedangkan menurut Bailey, hipotesis merupakan suatu proposisi yang dinyatakan dalam bentuk yang dapat diuji dan meramalakan suatu hubungan tertentu antara dua variabel (Malo dan Trisnoningtias, 1990:39). Hipotesis tersebut akan ditolak jika salah, dan diterima jika fakta-fakta dalam penelitian membenarkan. Oleh karenanya penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung kepada hasil-hasil penelitian empiris.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu konklusi yang sifatnya sementara. Sebagai konklusi sudah tentu hipotesis dibuat dengan sembarangan, tetapi atas dasar pengetahuan tertentu yang sebagian dapat diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu, dan teori-teori yang relevan. Hipotesis mempunyai fungsi pengarah, yang memberikan batasan-batasan mengenai macam-macam data yang harus dikumpulkan, cara-cara pengumpulan data, dan model-model analisisnya (Mantra, 2001:10).
Suatu hipotesis penelitian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya adalah: Pertama, hipotesis adalah hasil kontruksi dari gagasan-gagasan yang dapat diterangkan berdasarkan teori-teori atau hasil-hasil pengamatan tertentu; Kedua, hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) dan sama sekali tidak boleh dalam bentuk pertanyaan; Ketiga, hipotesis selalu dikaitkan dengan keadaan populasi, bukan hanya keadaan sampel yang diteliti, sampel penelitian hanya berfungsi sebagai ajang atau wahana pengujian hipotesis, hasil penelitian pada sampel akan digeneralisasikan pada populasi sumber sampel yang diambil; Keempat, dalam hipotesis harus dilibatkan sedikitnya dua variabel (ubahan), pernyataan mengenai hanya satu variabel tidak merupakan hipotesis yang perlu diuji; Kelima, suatu hipotesis penelitian harus dapat dites, agar suatu hipotesis dapat diuji.
Paling kurang ada ada tiga macam perumusan hipotesis, yakni yang bersifat deskriptif (menggambarkan karakteristik suatu satuan awal yang menjadi fokus perhatian penelitian), korelasional (menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel tetapi tidak menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang menjadi akibat dalam hubungan tersebut), dan kausalitas (telah menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang menjadi akibat) [Lihat: Malo dan Trisnoningtias, 1990:40-41]
Contoh Hipotesis Deskriptif:
Permasalahan Penelitian: Apakah penerimaan terhadap proses “perdamaian di Poso” mempunyai perbedaan pada mereka yang berasal dari suatu lingkungan tertentu?
Assumsi: 1) Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang memungkinkan keterbukaan untuk menerima proses perdamaian.
2) Nilai yang dianut seseorang merupakan dasar pengaruh bagi penerimaan proses perdamaian.
3) Tingkat informasi yang dimiliki seseorang dapat memberikan pandangan mengenai suatu proses perdamaian.
Hipotesis Umum:
Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang terbuka lebih mudah menerima proses perdamaian.
Hipotesis khusus:
1) Orang dengan pendidikan yang tinggi relatif lebih mudah menerima proses perdamaian.
2) Orang yang berorientasi pada nilai-nilai yang moderen lebih menerima proses perdamaian.
3) Orang yang memiliki banyak informasi lebih mudah menerima proses perdamaian.
Contoh Hipotesis Korelasional:
Permasalahan Penelitian: Hal-hal yang berhubungan dengan tingkat Hasil Produksi suatu Perusahaan.
Asumsi:
1) Jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil produksi
2) Tenaga ahli akan sulit bekerja di bawah peraturan kerja yang ketat
3) Peraturan kerja dalam perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil produksi.
Hipotesis:
Semakin besar jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan, semakin rendah tingkat keketatan peraturan kerja perusahaan, berhubungan dengan h menerima proses perdamaian hasil produksi yang semakin meningkat.

Contoh Hipotesis Kausalitas:
Permasalahan Penelitian: Mengapa timbul kecenderungan melakukan tindakan kriminal dalam suatu lingkungan masyarakat.
Asumsi:
1) Suatu lingkungan masyarakt mempunyai suatu daya absorbsi, yaitu daya serap atau peredam terhadap suatu gejala sosial yang dapt menimbulkan goncangan
2) Seseorang dapat merasa frustasi apabila merasa tersisihkan dari lingkungan masyarakatnya.
3) Seseorang yang merasa frustasi lebih mudah dirangsang untuk cenderung melakukan tindakan kriminal.
Hipotesis:
Untuk mereka yang berada di lingkungan masyarakat yang sangat rendah daya absorbsinya jika mereka merasa semakin tersisihkan dari lingkungan masyarakat, maka mereka semakin mudah terangsang untuk cenderung melakukan tindakan kriminal.



Hipotesa Kerja (Hk) dan Hipotesa Nol (Ho)
Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat deskriftif, relasional maupun hipotesa kausalitas disebut hipotesa kerja (Hk). Supaya hipotesa kerja tersebut dapat diuji secara statistik, maka diperlukan suatu hipotesa pembanding. Dalam penelitian sosial hipotesa pembanding tersebut dibuat secara arbritrer yang berbentuk hipotesa nol (Ho). Hipotesa nol (Ho) adalah formulasi/rumusan terbalik dari hipotesa kerja (Effendi, 1989:43-45).

Contoh Hipotesa Kerja (Hk):
(1) Tindakan agresif lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi daripada yang memiliki tingkat kepadatan rendah.
(2) Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, suami-isteri yang memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap, mempunyai persepsi yang rendah tentang nilai ekonomis anak, dan karena itu cenderung untuk lebih menerima norma keluarga kecil. Keduanya menyebabkan persepsi mereka yang tinggi tentang manfaat penggunaan kontrasepsi moderen, sehingga niat serta penggunaan kontrasepsi moderen mereka relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan suami-isteri yang memiliki pekerjaan berpenghasilan tidak tetap.
Contoh Hipotesa Nol (Ho):
(1) Tidak terdapat perbedaan tindakan agresif antara masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah.
(2) Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pasangan yang memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap dan berpenghasilan tidak tetap dalam persepsi tentang nilai anak, norma keluarga kecil, persepsi tentang manfaat kontrasepsi moderen, dan dalam niat menggunakan serta perilaku kontrasepsi moderen.






Hipotesa Model Verbal dan Hipotesa Model Mathematical
Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat deskriftif, relasional maupun hipotesa kausalitas dapat dirumuskan dengan menjadi Model Verbal dan Model Mathematical,
(1) Hipotesa Model Verbal
Apa pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel Motivasi, Kepemimpinan, Komunikasi dan Kondisi Fisik Tempat Kerja terhadap variabel Semangat Kerja pengawai.
(2) Hipotesa Model Mathematical
SK = f ( M + KP + K + KF )
Keterangan :
SK : Semangat Kerja
f : Fungsi (yang ditentukan oleh)
M : Motivasi
KP : Kepemimpinan
K : Komunikasi
KF : Kondisi Fisik Tempat Kerja

Uraian berikut menunjukkan dan menampilkan beberapa contoh hipotesa dari berbagai jenis hipotesa (Lihat: Mantra, 2001:13-14):
Contoh Pertama: Meningkatnya upah bisa menyebabkan jam kerja bertambah ataupun berkurang. Sehubungan dengan pendapatan pekerja wanita di industri garmen ini relatif rendah, diduga ada hubungan positif antara upah yang diterima dengan jam kerja ibu rumah tangga di sektor publik.
Keterangan: hipotesa ini adalah hipotesa korelasional antara jam kerja ibu rumah tangga sebagai variabel bebas (independent variable) dengan upah yang diterima sebagai variabel terpengaruh (dependent variable) . Hubungan variabel tersebut positif.
Contoh Kedua: Sampai saat ini pendapatan suami masih merupakan pendapatan utama dalam sebuah keluarga. Bila pendapatan suami sudah mencukupi kebutuhan keluarga, biasanya para ibu akan mengalokasikan waktunya untuk kegiatan domestik. Diduga bahwa ada hubungan negatif antara pendapatan suami terhadap alokasi waktu ibu rumah tangga di sektor publik.
Keterangan: Hipotesa ini masih merupakan hipotesa korelasional, tetapi hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif. Sebagai variabel bebas (independent variable) adalah pendapatan suami, sedangkan alokasi waktu di sektor publik sebagai variabel terpengaruh (dependent variable).
Contoh Ketiga: Semua ibu rumah tangga di samping bekerja di sektor domestik juga aktif bekerja di sektor publik. Diduga bahwa total waktu yang dicurahkan oleh isteri, baik untuk pekerjaan domestik maupun publik lebih lama daripada waktu yang dicurahkan oleh suaminya pada kedua pekerjaan tersebut.
Keterangan: Hipotesa ini merupakan hipotesa perbedaan karena membandingkan total waktu yang dicurahkan oleh isteri dengan suami.